Selasa, 05 Januari 2010

SEPENGGAL MIMPI GADIS MUDA “MERAIH GELAR SANG PENULIS HEBAT”

* * *
Detik demi detik, hari demi hari, bulan demi bulan dan tahun demi tahun berjalan seiring berputarnya bumi, setiap hari itulah yang terjadi... Tak ada waktu yang tersisa untuk dijadikan sebuah pengalaman yang menarik, itulah yang saya alami setiap hari...

Bukan... Bukan karena saya tak ingin membuatnya menjadi sebuah kenangan, bukan pula karena saya tak ingin menjadikan sebuah pengalaman yang akan menjadi hal yang terindah dalam hidup saya. Impian, harapan, keinginan, serta cita-cita yang menjulang tinggi dibenak saya seakan menjadi hal yang terus mendorong saya untuk meraihnya.

Sadar bahwa saya hanya seorang manusia biasa yang terlihat tak berdaya diantara berjuta manusia biasa di dunia, sadar bahwa saya tak punya daya apa-apa untuk memperoleh hasrat saya. Tapi, Tuhan menghendaki segala hal yang dikehendaki-Nya, termasuk memberikan kesempatan kepada saya untuk meraih apa yang saya impikan.

Dunia penulisan adalah salah satu diantara dunia-dunia saya yang mengganjal dibenak saya untuk mendorong saya masuk kedalamnya, lebih dalam, lebih dalam dan bahkan lebih dalam lagi. layaknya sebuah lubang, semakin digali semakin dalam... Begitupun dengan impian, semakin masuk di kehidupan saya, semakin menancap di ubun-ubun saya. Sebuah pemikiran yang mengganjal dibenak saya yaitu menjadi "Penulis Hebat". Sulit, Memang sulit untuk menjadi seorang "Penulis Hebat".

Saya mulai bermimpi untuk menjadi "Penulis Hebat" ketika saya masih berada di bangku SMA, tepatnya dibangku kelas dua. Tak ada satu temanpun yang tahu bahwa saya sangat hoby menulis... Namun, waktu itu hanya masih menjadi sebuah impian saja, karena saya lebih terfokuskan pada pelajaran-pelajaran saya. Setiap kali saya punya waktu luang, saya gunakan untuk belajar menulis... Mungkin, bagi orang yang tak begitu mengerti arti dari kata (menulis) tersebut, mereka akan beranggapan bahwa menulis adalah hal yang sangat mudah, bahkan anak SDpun bisa melakukannya. Namun, jika mereka mendengar kata "Penulis", mereka langsung diam, mereka beranggapan berbeda, tak semudah menulis yang mereka bayangkan pada awalnya.

Saya pernah membuat beberapa karya fiksi, saya menulisnya dibeberapa buku tulis pribadi saya, buku tulis khusus untuk belajar menulis. Beberapa kawan saya pernah membacanya, secara bergantian mereka meminjamnya untuk mereka baca.

"Tulisanmu bagus, Baru tahu kalau kau punya bakat menulis..."

Itulah kalimat yang dilontarkan oleh salah seorang sahabat kepada saya, sayapun memintanya kembali untuk membaca karya saya yang lainnya, saya ingin tahu apa komentar sahabat saya selanjutnya...

"Ini akan difilmkan ya...?"

Saya tertawa kecil saat mendengarkan pertanyaannya tersebut, tapi saya jawab saja iya. Dia sempat memuji saya, dan seketika itu saya menjadi lebih bersemangat dalam penulisan saya yang selanjutnya. Namun, ada satu musibah yang mengharuskan saya mengikhlaskan atas kehilangannya buku-buku saya yang sudah tercoretkan tinta-tinta hitam itu. Yaitu musibah di dua tahu lalu, musibah besar yang bukan hanya melanda saya dan keluarga saya, namun seluruh warga di kota saya. Yaitu kebanjiran, Buku saya ikut lenyap ditelan air banjir. Saya tidak bisa menyelamatkan buku-buku saya tersebut, dan disaat itulah mulai luntur semua harapan saya untuk menjadi seorang "Penulis Hebat". Hingga akhirnya saya tak kembali melanjutkan tulisan-tulisan saya, meskipun hanya menulis di buku.

Setelah saya lulus SMA, saya sempat kursus komputer di salah satu lembaga pembelajaran di kota Semarang, dan itu membuat saya benar-benar melupakan dunia tulis menulis. Namun, tak lama kemudian, sayapun keluar karena merasa tak cocok berada disana. Setelah keluar dari lembaga itu, selama beberapa minggu saya sempat menganggur hingga pada akhirnya saya ditawari salah seorang teman kakak pertama saya untuk bekerja disalah satu tempat kerja temannya, bekerja disebuah warnet yang masih terbilang sangat dekat dengan lokasi rumah saya, saya terima tawarannya dengan senang hati.

Semakin merebaknya kecanggihan alat teknologi didunia, semakin canggih pula ilmu yang saya dapat dari pekerjaan pertama saya. Mulai dari browsing, email, facebook, sampai membuat sebuah blog. Melalui blog, saya bisa mencurahkan segala uneg-uneg saya, dari cerita yang membuat saya bahagia, sedih, sampai rasa kekesalan saya terhadap seseorang, saya tuangkan semuanya di blog saya. Bagi saya, blog tersebut adalah tempat dimana saya bisa menuangkan segala perasaan saya, dan blog tersebut dengan setia tetap memberikan tempat pada saya untuk menuangkan uneg-uneg saya selanjutnya...

Dari pekerjaan yang saya lakoni setiap hari, saya kemudian memanfaatkannya untuk menulis sebuah karya seperti dulu, baik novel maupun cerpen. Tak hanya sekali dua kali saya mencari informasi tentang alamat penerbitan, dimana jika saya bisa menyelesaikan tulisan saya, saya akan mengirimkannya ke penerbit itu. Selama sebulan full saya membuat tulisan, sebuah novel fiksi... Tepat saat saya gajian dan novel saya kelar, sayapun mencetaknya, membuatnya menjadi sebuah kliping dan lalu mengirimkannya. Bukan saya yang mengirimkannya lewat kantor pos, namun sahabat saya, karena saya terlalu sibuk dan tak ada waktu untuk ke kantor pos, dan pekerjaan saya yang menabrak jam kerja di kantor pos. Saya merasa senang saat sahabat saya mau membantu saya untuk mengirimkannya.

Setelah beberapa minggu berlalu, saya mencoba cari informasi lain di mbah google tentang lomba menulis. Baik menulis novel, cerpen sampai karya ilmiah... Dan entah sebuah kebetulan atau keberuntungan, saya menemukan situs yang memberikan informasi bahwa ada sebuah lomba menulis artikel kepemudaan. Semangat saya seakan berkobar, sayapun ikut perlombaan itu, beberapa hari saya membuat penelitian didesa saya sendiri dan saya selesai membuat artikel tersebut dalam jangka waktu kurang dari tiga hari. Sayapun mengirimkannya melalui email panitia perlombaan tersebut.

Namun, saat pengumuman tiba, tepat ketika saya tak menemukan nama saya mampang sebagai pemenang, hasrat saya untuk meraih gelar "Penulis Hebat" pun luntur begitu saja. Saya marah kepada diri saya sendiri, saya merasa egois. Selama beberapa hari itu, saya berhenti menulis, saya tak lagi membuat tulisan untuk saya kirim ke penerbit.
Entah tahun itu adalah tahun kegagalan saya atau bagaimana saya tak tahu, kegagalan seakan berturut-turut mendatangi diri saya. Tiga bulan setelah saya mengirimkan naskah novel pertama saya, tepat ketika saya baru pulang dari tempat kerja saya, kakak pertama saya memberitahu kepada saya bahwa saya mendapatkan surat. Bergegas saya menuju kamar saya dan mencari keberadaan surat itu. Sebuah amplop besar berada ditempat tidur saya, saya ambil dan saya intip secara perlahan, amplop itu berisikan sebuah klipingan buku tebal berukuran HVS, kemudian saya ambil dan saya pandangi klipingan itu, ternyata novel saya, yah... Novel saya dikembalikan lagi oleh pihak penerbitan kepada saya. Perlahan saya rasakan tetesan hujan yang mengalir cukup deras dari mata saya, saya menangis, saya tak kuasa menahan kesedihan yang saya alami waktu itu. Kegagalan itu kembali mengunjungi saya... Di dalam amplop itu, terdapat satu lembar surat dari pihak penerbitan. Terdapat sembilan point minus yang ada didalam naskah novel saya. Waktu itu saya tak begitu peduli dengan surat itu, karena hati saya seakan tertutup oleh gelapnya sebuah kegagalan yang teramat perih bagi saya. Namun, pada akhirnya saya mampu kembali berdiri setelah teman-teman saya menghibur dan memberikan dukungan kepada saya untuk tetap bertahan. Kembali saya mencari-cari informasi lomba menulis, dan kebetulan saya menemukan informasi yang teramat menarik bagi saya, lomba menulis novel. Tanpa berfikir panjang, hati saya langsung berkata iya, saya pasti akan mengikuti perlombaan itu. Satu bulan full saya membuat novel, dan saat novel saya sudah jadi, saya mengirimkannya kepanitia perlombaan tersebut. Kembali saya meminta bantuan sahabat saya, dan beruntungnya, sahabat saya mau membantu saya lagi. Harapan menjadi pemenang seakan merasuk cukup dalam di ulu hati saya, selain hadiahnya yang lumayan besar, juga karena saya ingin mewujudkan impian saya untuk menjadi "Penulis Hebat". Namun, Tuhan berkata lain, harapan hanyalah akan menjadi sebuah harapan yang tak akan terwujudkan. Lima "L" pun menggerogoti tubuh saya, lemah, lesu, letih, lelah, dan lalai. Ditambah lagi semangat saya yang down... Tapi lagi-lagi harapan untuk menjadi "Penulis Hebat" kembali merasuk di kehidupan saya. Saya mampu berdiri kembali untuk meraihnya, itu semua karena motivasi dari seseorang yang juga bergemilang didunia tulis menulis, yaitu Mas Jonru. Awalnya saya tak begitu melirik beliau, namun, selidik demi selidik, karena saya penasaran siapa sebenarnya mas Jonru itu, sayapun akhirnya mencari tahu, dan saya menemukan situs blog mas Jonru pada facebooknya Suatu ketika saat saya membuka facebook saya, dan tak sengaja membaca wall dari facebook Penulis Hebat tentang lomba menulis yang berjudul "Saya Ingin Menjadi Penulis Hebat". Sayapun kemudian membuka facebook tersebut di link http://www.facebook.com/penulishebat. Kemudian mencermatinya dan membaca sebuah link lain yang telah diisi sebuah informasi lomba menulis tersebut, link tersebut memberikan informasi tentang lomba menulis "Saya Ingin Menjadi Penulis Hebat" tersebut. Beberapa persyaratan yang saya baca adalah peserta harus mendownload dulu sample buku "Cara Dahsyat Menjadi Penulis hebat" agar bisa membacanya dari awal sampai selesai. Karena saya benar-benar tertarik dengan lomba tersebut, sayapun mengikuti persyaratan tersebut untuk mendownload sample buku "Cara Dahsyat Menjadi Penulis Hebat", untuk mendapatkan sample buku tersebut, terlebih dahulu saya membuka link http://www.penulishebat.com. Jika ingin menambahkan mas Jonru dalam teman twitter, kita juga bisa add twitternya di http://www.twitter.com/penulishebat. Setelah saya mendownload sample buku tersebut, saya tak langsung membacanya, karena waktu itu saya sedang disibukkan dengan pekerjaan saya dari pelanggan saya, yaitu ngetik tugas pelanggan saya yang begitu menumpuk. Sehingga membuat saya harus lembur siang dan malam untuk menyelesaikannya, bahkan waktu untuk istirahatpun berkurang. Untuk saat ini, buku "Cara Dahsyat Menjadi Penulis Hebat" memang masih dalam bentuk e-book, karena versi cetaknya belum tersedia. Jadi, kita belum bisa membelinya ditoko buku manapun... Meskipun begitu, ada sebuah penawaran yang menggiurkan bagi pembeli e-booknya, harganya sangat terjangkau, hanya dengan harga Rp.49.500 saja kita sudah bisa mendapatkan e-booknya, murah bukan...? Dan lebih beruntungnya lagi, jika kita membeli e-book tersebut, kita bisa mendapatkan voucher diskon senilai Rp.200.000, hmm... Benar-benar menggiurkan... Bisa menambah uang belanja loh. Eits... Nggak ketinggalan juga, ada penawaran lagi yang pastinya lebih menggiurkan, yaitu bagi setiap pembeli e-book tersebut akan mendapatkan modul gratis dari SMO dan akan secara otomatis didaftarkan di kelas SMO Free Trial. Wah wah wah, kalau ini si tak diragukan lagi untuk segera mendapatkan e-booknya. Apalagi ini "Diskon Terbesar", makannya jangan sampai nggak beli, soalnya kalau bukunya sudah diterbitkan, maka sewaktu-waktu penawaran tersebut akan ditutup, sayang kan...? Dua hari saya sibuk dan belum sempat membaca buku mas Jonru tersebut,..

Namun, hari kemarin setelah saya mendapatkan waktu luang meskipun hanya sebentar, sayapun mulai membukanya dan membaca sedikit demi sedikit tulisan pada lembaran sample buku tersebut. Bahkan tanpa saya sadari, mata saya mulai berkaca-kaca. Bukan karena isinya mengharukan, apalagi menyedihkan, namun karena isinya benar-benar membuat saya ingin mengeluarkan air mata saya, karena disaat saya membacanya, terbentang sebuah harapan yang teramat besar yang secara otomatis memancarkan sinar yang begitu terang, hingga saya sendiri tak mampu meredupkannya. Benar-benar mendorong saya untuk menembus lorong kosong yang gelap yang selama ini menghalangi impian saya, "Impian Gadis Muda Untuk Meraih Gelar Sang Penulis hebat".


Meraih gelar bukan berarti hanya mendapatkan capnya saja, dalam arti gelar yang saya peroleh saya dapat bukan karena gelar semata. Namun gelar yang membawa saya menuju impian saya untuk menjadi "Penulis Hebat".
Semangat saya benar-benar bertambah saat saya membaca sample buku tersebut, ada beberapa kata yang begitu menancap di benak saya hingga saya tak bisa melupakannya. Kata mas Jonru dalam sample bukunya tersebut, bahwa seorang penulis harus memiliki soft kill yang tinggi, dan saya setuju dengan perkataan beliau. Dan kata mas Jonru lagi "Penulis hebat adalah Penulis yang sadar-sesadarnya bahwa tak ada sukses yang diperoleh secara gratis". Dan itu memang benar, segala sesuatu yang ingin diperoleh harus kita raih, tak mungkin akan datang dengan sendirinya. Ditambah lagi cover buku tersebut yang membuat saya tertarik untuk membacanya... Bahkan mungkin seorang anak yang masih SDpun menjadi tertarik untuk melihat dan memiliki buku tersebut. Cover yang bergambarkan wajah mas Jonru dengan tubuh Superman dan ditangannya entah ada sebuah bolpoint atau apa yang pasti untuk menulis dan ditangan yang satunya memegang lembaran kertas untuk tempat menulis.


Bagaimana menurut anda...? Menarik bukan...

Mas Jonru, saya berterima kasih sekali pada beliau karena sample bukunya itulah mampu membuat cahaya di hati saya yang tadinya seterang lilin, kini menjadi seterang Matahari...


"Impian Gadis Muda Untuk Meraih Gelar Sang Penulis hebat".

Salam,
"Naya Latief"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar